Minggu, 25 November 2012

Daur Ulang Sampah Elektronik Rumahan  

Teknologi terus berkembang setiap harinya. Dalam waktu bulanan, banyak produsen mengeluarkan produk terbarunya yang lebih canggih dibanding versi sebelumnya. Pasar perkembangan teknologi juga terus berkembang. Konsumen di negara berkembang pun telah menjadikan gadget sebagai simbol status sosial.

elektron_bekasTidak terkecuali di Indonesia, kalangan tertentu di masyarakat cenderung mengikuti tren kemajuan teknologi dengan membeli barang elektronik baru yang lebih canggih. Satu orang bisa jadi punya 5 telepon genggam dan yang ia gunakan hanyalah yang terbaru. Lalu mau diapakan barang elektronik yang lama?

Percepatan pertumbuhan teknologi ini nyatanya jadi masalah lingkungan. Gadget lama yang tidak digunakan lagi pada akhirnya menjadi limbah elektronik. Menurut Greenpeace, ada sekitar 20 sampai 50 juta ton limbah elektronik di dunia setiap tahunnya. Limbah ini merupakan sampah padat yang mana jumlah totalnya mencapai sekitar lima persen dari seluruh sampah perkotaan. Namun sebenarnya ada suatu cara untuk mendaur ulang limbah elektronik ini.

Para ahli saat ini melihat bahwa barang elektronik seperti ponsel, kulkas, setrika, komputer, mesin cuci, televisi, AC, dll, sebenarnya memiliki nilai material yang berharga. Mendaur ulang barang elektronik bekas dapat mengurangi emisi karbon. Barang elektronik umumnya dibuat dengan material timbal, kadmium, bromin, plastik, yang masih memiliki nilai ekonomis.

Consumer Electronics Association adalah produsen barang elektronik di Amerika yang giat mendorong orang untuk mau mendaur ulang limbah elektronik. Perusahaan ini telah menyebarkan virus ramah lingkungan dalam memanfaatkan barang elektronik. Cara yang paling sederhana dalam mengurangi limbah elektronik adalah dengan mendonasikannya kepada orang yang membutuhkan.

Di Indonesia cara ini belum terlalu lazim. Banyak orang lebih suka menguangkan gadget lama mereka dengan cara menjualnya ke penadah dengan harga rendah atau dengan cara tukar tambah. Cara ini juga dapat dilakukan. Tapi kelemahannya, Anda tidak dapat memastikan bahwa barang elektronik Anda itu akan dipakai orang lain. Jika dijual ke toko, belum tentu akan segera laku. Padahal, harusnya Anda bertanggung jawab secara langsung untuk satu sampah elektronik yang Anda hasilkan. Akan lebih baik jika Anda menjualnya langsung ke teman dekat. Jadi Anda bisa memastikan bahwa barang elektronik itu dipergunakan kembali.

Cara lain yang juga mudah dilakukan adalah dengan mereparasinya. Kalau ada komponen yang rusak, daripada membuangnya dan beli baru, lebih baik Anda memperbaiki dan mengganti beberapa bagiannya. Saat ini sudah banyak toko-toko yang menyediakan suku cadang atau komponen barang elektronik. Anda bisa mengurangi sampah sekaligus menghemat uang.

Produsen barang elektronik di negara tertentu seperti Amerika Serikat dan Kanada telah banyak yang memiliki program daur ulang atas produk lama yang pernah mereka hasilkan. Program yang disebut sebagai Corporate Recycling Program ini bergerak secara nasional dengan cara mengumpulkan barang elektronik bekas. Mereka mengumpulkannya secara langsung dari konsumen maupun toko reparasi, lalu mendaur ulangnya di pabrik mereka, dan dijadikan bahan baku pembuatan produk baru. Bagaimana dengan di Indonesia? (*/Nilam)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar